kuning sekali! jeleknya mangkukmu! lebih baik aku memetik bunga matahari di kebun ibu lalu kutebar biji-bijinya agar makin sedap dipandang. kukirim pesan panjang ke abang, bantu aku siram-siram tanaman. tapi, ah jeleknya tak tahan! bulat hitam tapi kuning! menurun seperti nilai-nilai tes masuk kerjamu. jeleknya hawa-hawa barumu. uwek!
padahal aku tau warna favoritku memang terang. coba kurangi exposurenya dan minuskan brightness tool di pojok kanan atas. masih tetap jelek, mengsedih! owya aku lupa, bagai burung lepas dari sangkar, sayapnya melebar jauh-jauh ia terbang. bawa-bawa petenteng petenteng seperti menyeret babi. sungguh yakinkah lancar-lancar tanpa ada hambatan batu besar?
dulu-dulu kenapa dipangkas habis, difitnah, dicaci aku tanpa ampun? yah, terlihat sekarang. makinlah jelek pilihanmu. buang saja mangkuknya! beli baru, pilih yang bersih, pilih dari yang masih tersegel. ow, bau. iya, terlepas dari semua pilihanmu, belum sadar kalau jeleknya sampai ke imagemu.
